Pages

Tuesday, April 15, 2014

Why can't people stop littering?


I hate to litter. I am not a clean-freak person; in fact, most of the times I have a messy and quite dirty room 'cause it's a bit hard to keep up to be neat when you're living with three spoiled dogs running around. But still, I don't like to litter, especially in public places. I don't like to see people litter consciously. And even harder when it's your own family apparently likes to litter, in this case, my own mom.

Sebenarnya saya sudah tahu, kalau keluarga saya juga bukan pengikut Go Green Life atau Environmental Friendly People. Bertahun-tahun saya mencoba untuk mengajak keluarga untuk memakai reusable bags ketika belanja, sampai sekarang ini juga masih belum berhasil, mereka masih favorit dengan kantung plastik, yang ujung-ujungnya jadi menumpuk di rumah, nanti malah jadi sampah tempat persembunyian tikus. 
Masalah sampah memang seringkali disepelekan. Kebanyakan dari kita tentu tidak tahu, sampah kita nanti lari kemana. General knowledge sih ya diangkut oleh para pemulung di tempat pembuangan akhir, yang kita juga tidak tahu kan nanti kemana, apakah bisa direcycle atau dihancurkan, atau tetap jadi sampah yang makin hari membusuk ? Jujur saya pun tidak tahu, sampah-sampah saya juga akan end up kemana... Tapi alangkah naif kalau karena alasan itu, kita lantas tidak peduli kemana kita harus membuang sampah.

Cerita ini benar-benar terjadi, tanpa bermaksud untuk menjelek-jelekkan keluarga saya sendiri. Ya tapi karena ini kenyataan... Few weeks ago, I was on a road trip with my family to visit my grandparents' graves. In a car, for 6-7 hours... Seperti biasa kalau sedang road trip, kami selalu membawa cemilan, makanan & minuman, terutama snack-snack untuk keponakan-keponakan saya yang masih kecil-kecil. Mama saya adalah orang yang rajin banget bawa makanan dalam perjalanan. Tapi ketika makanan itu sudah habis, tinggal bungkus-bungkus plastik / daun, dengan gampangnya dia buka jendela dan *wuzz..* buang.... Tidak hanya sekali-dua kali, ini memang benar terjadi setiap saat. Buka jendela, keluarkan sampah, dan *wuzz...* biarlah angin membawa sampah itu entah kemana.


Apakah dia peduli sampah itu nantinya bisa jatuh ke kali? Atau masuk ke rumah orang? No. 
Sungguh ironis kalau sebenarnya mengetahui, she is a clean-freak at home. Di rumah sendiri, beliau adalah orang yang rajin sekali bersih-bersih rumah, dan sering kali memarahi kami atau para pembantu, kalau malas bersih-bersih rumah. Tetapi kalau keluar dari rumah, hohoho beda kasus. (^_^') 
Pada saat road trip kemarin itu, saya menegur dia baik-baik. Saya bilang, "Ma, mbok ojo nyampah..." 
Dan beliau dengan entengnya hanya menjawab, " Halah gak popo, ki lak luar kota .. ".
Mengetahui jawaban itu, tentunya saya juga membalas, karena saya tahu persis kenyataannya di kota kami pun, dia juga sering membuang sampah di jalan. Saya jawab, "Lho wong koe nang Solo ae yo kerep buang sakpenak'e dewe, mbok disimpen sik dinggo ngko dibuang ndek tempat sampah angel'e opo?
Dan lagi-lagi tidak ada jawaban memuaskan dari beliau, intinya gak papa kalau buang sampah sembarangan, nanti juga ada yang membersihkan.

Singkat cerita, sampailah kami di tempat pemakaman. Beliau yang sibuk mengurusi bunga-bunga yang akan disebarkan di atas pemakaman pun, mulai sibuk berkutat dengan keranjang berisi bunganya. Sampai pada akhirnya ketika bunga-bunga selesai dipreteli, ada satu kantong plastik hitam bekas tempat bunga, beliau lempar kemana hayo..... =P . Ke kuburan sebelah. (-_-') .
Tentunya saya juga masih bisa menegur, saya bilang, "Nang kuburan weh kok yo jik nyampah to.. Nang dalan nyampah, nang kuburan yo nyampah.
Mungkin beliau kali ini sedikit tersinggung, karena saya terang-terangan menegur. Beliau malah balik menjawab, jika saya ingin Indonesia bersih, ya silahkan saya jadi Presiden. Kemudian beliau kembali melanjutkan, bahwa Indonesia itu punya SDM yang rendah, manusianya bodoh-bodoh, banyak yang buang sampah sembarangan, tidak bisa dididik untuk disiplin. 

Sebenarnya secara tidak langsung beliau juga sedang membodohkan diri sendiri.
Sangat tergelitik sekali saya untuk menjawab, jika kita memang bisa lebih pintar, mengapa kita harus ikutan jadi bodoh? *sigh* Untungnya saat itu cuaca sedang panas sekali, sehingga saya malas keluarkan energi banyak untuk berdebat.

Kita tidak perlu jadi scientists untuk bisa merubah dunia ini. Kita hanya perlu sedikit kepedulian. Memang kebanyakan dari kita tidak tahu dan tidak cukup intelektual untuk mengetahui bagaimana sampah bisa diolah. Tapi apa salahnya kalau kita sedikit peduli, akan lingkungan kita?
Bayangkan misalnya rumah Anda, tiba-tiba dilempar kantung plastik berisi sampah... Itu yang terjadi kepada binatang-binatang yang tinggal di kali. 
Saya yakin tidak hanya binatang liar yang mengalami ini... Pasti juga ada orang-orang lain yang tidak beruntung, mendapat kiriman sampah dari orang lain di lingkungan mereka.
Kita seharusnya tidak hanya peduli dengan kebersihan lingkungan kita saja, dan tidak peduli dengan rumah orang lain, karena rumah kita sendiri pun adalah rumah orang lain bagi mereka.