Pages

Thursday, August 25, 2011

Terbawa Arus

Beberapa hari yang lalu, saya membaca majalah lifestyle langganan. Bukan yang terbaru sih, tapi 2 bulan sebelumnya. Pada bulan itu, majalah itu lagi concern mengangkat masalah green-living. Ceritanya majalah itu menantang beberapa orang untuk mencoba merubah 1 kebiasaannya untuk menjadi lebih 'hijau' untuk sementara waktu, antara lain seperti memilih tangga drpd. eskalator, menjadi vegetarian, dll. Membaca topik itu, saya jadi berpikir kembali, sebenarnya saya pernah lho melakukan beberapa diantaranya.

Flashback beberapa tahun yang lalu...~ ketika saya masih merantau. Ada bbrp 'habit' yang saya lakukan, seperti misalnya :
1. Selalu membawa satu botol ini berisi air mineral, atau air masak, sewaktu saya keluar rumah.
Dan saya jadi terbiasa untuk minum cukup, meskipun terkadang kalau saya pergi makan di rumah makan, saya kadang tetap memesan minuman dari rumah makan itu. Tapi sewaktu jalan-jalan, atau ada break dari kelas, atau hanya makan siang / snack, saya minum air putih bawaan sendiri.


Sekarang? Hmm.. sepertinya berkurang. Meskipun ketika saya bekerja, saya memang membawa tumbler dr rumah, tapi karena aktivitas di kantor memaksa saya untuk stay di tempat, terkadang saya jadi lupa untuk minum. Ketika sore hari sampai malam, saya hanya minum banyak ketika dinner. Kadang ada bbrp hari saya menyediakan satu botol besar air masak di kamar, untuk diminum sewaktu-waktu. Tapi banyak terlupakannya.

2. Selalu membawa green grocery bag ketika berbelanja, untuk mengurangi penggunaan plastik.
Sejak dunia gempar tentang masalah global-warming, green groceries bag juga jadi ikut menjadi trend. Tas hijau besar yang bisa dilipat inilah yang selalu saya bawa, ketika ada rencana belanja. Jadi ketika di checkout, saya tidak memerlukan banyak plastik belanjaan, semua masuk ke tas ini. Dan kebetulan saya belanja makanan sendiri, jadi lumayan, memang penggunaan plastik saya banyak berkurang. Bahkan terkadang untuk pembelian barang-barang lain, ketika shopping misalnya, saya jd terbiasa untuk menolak plastik dr toko, melainkan langsung memasukkan barang saya ke tas bawaan.


Sekarang? Hmm.. karena saya masih menumpang di rumah orang tua, kegiatan belanja untuk makanan sehari-hari hampir tidak ada. Kebetulan memang ada asisten-rumah-tangga yang menyediakan makanan sehari-hari di rumah, jadi kegiatan belanja jd tidak saya pikirkan lagi. Saya hanya belanja untuk kebutuhan sehari-hari yang lain, misalnya untuk shampoo, sabun mandi, pasta gigi, dll. Yah karena hal ini bisa dilakukan sebulan sekali, bahkan kadang 2 bulan sekali, saya tidak terencana untuk membawa kantong belanja. Sehingga saya jadi memakai plastik lagi.
Hmm.. kemana ya green grocery bag saya?

3. Memisah-misahkan sampah untuk keperluan recycle.
Kebijakan pemerintah lokal di negara tempat saya merantau, menghendaki warganya untuk memilih-milih sampah rumah tangganya. Tempat sampah seperti ini yang biasa dijumpai di kawasan tempat tinggal. Biasanya untuk lebih memudahkan, tempat sampah masing-masing memang berbeda warna, dan terkadang sudah ada tulisannya. Misalnya ada tempat sampah khusus untuk sampah yg bisa membusuk, khusus botol-botol, khusus plastik dari produk rumah tangga misalnya shampoo, pelembut pakaian, dll. Bahkan di beberapa tempat ada juga yang menyediakan tempat sampah tersendiri khusus untuk sampah kertas. Did I follow it through?
Well, yes I did. Memang tujuannya baik, dan tidak terlalu susah, why not? Petugas pengambil sampah pun juga berdisiplin, ketika mereka memakai truk pengangkut sampah kertas, mereka akan mengambil bak sampah yg berisi kertas saja. Lainnya akan diambil oleh tim yang lain sesuai tugasnya.


Sekarang? Hmm.. Saya bingung yah untuk meneruskan kebiasaan itu disini. Dengan minimnya tempat sampah disini, sulit untuk menerapkannya. Karena, jangankan di jalan umum (yang tragisnya jarang sekali ada tempat sampah, begitu ada tempat sampah, banyak yang tidak terawat, bahkan saya pernah menjumpai bbrp tempat sampah di tempat umum yang dasarnya jebol), di kawasan perumahan elite saja belum tentu fasilitas pembuangan sampahnya bagus. Seringkali sih yang terjadi, semua sampah disatukan di satu keranjang rotan besar nan lusuh, yang ditaruh di depan rumah, lalu di hari-hari tertentu akan diambil oleh truk besar pengangkut sampah, yang tentunya lagi, menjadikan satu semua sampah-sampah satu kompleks. Ya memang sih negara ini punya (terlalu) banyak penduduk di bawah garis kemiskinan yang bisa bertugas sebagai pemilah-milah sampah di pusat pembuangan sampah ketika memulung. But still, it's not efficient at all i think, dalam segi waktu.

4. A little bit of exercise. :)
I'm not really a gym freak. Bisa dibilang agak pemalas kalau untuk urusan berolahraga *blushing*. Tapi sewaktu saya merantau, saya lebih banyak bergerak. Hal-hal kecil saja sih misalnya untuk transportasi. Karena sarana transportasi yang bisa digunakan adalah public transport, tentunya saya harus menepati jadwal. Tentunya saya harus berjalan kaki dulu ke station / tram stop, lalu belum lagi kalau ternyata nyaris ketinggalan kereta / tram yang saya ingin naiki, lari sekencang-kencangnya!
Melakukan hal-hal sehari-hari pun juga tentunya harus bergerak. Dengan jadwal kelas yang berbeda-beda ruangan, dan juga tempat kerja part-time yang cukup lumayan jaraknya dari tempat tinggal, saya harus berpindah-pindah lokasi, tentunya ya dengan mengejar train / tram itu, bahkan sering berjalan kaki.
House chores, seperti memasak, mencuci, bersih-bersih ; juga dilakukan sendiri donk.



Sekarang? Hmm.. Saya "beruntung" tidak perlu memikirkan hal-hal seperti itu. Jujur saja saya rada takut juga sih untuk memakai public transport umum disini, dan juga saya "beruntung" mendapat fasilitas mobil pribadi untuk digunakan sehari-hari. Untuk ke kantor pun, saya juga nebeng fasilitas mobil antar-jemput yang disediakan dari kantor.
Dan perlu diketahui, pekerjaan saya sepenuhnya berada di depan laptop. Jadi bisa dibilang dari pagi sampai sore, pantat saya lengket dengan kursi. Rada sedih juga sih dengan keadaan ini, karena hal ini membuat saya jadi agak malas. Pernah saya sampai merencanakan kegiatan di kantor selain di depan laptop, dalam sekali jalan. Contoh misalnya saya harus pergi ke ATM, mengambil data dari rekan, toilet break, etc., saya rencanakan untuk dilakukan sekaligus, supaya tidak bolak-balik jalan (dan naik-turun tangga).
Setelah pulang bekerja pun, saya "beruntung" untuk mendapati kamar saya biasanya sudah dirapikan oleh asisten-rumah-tangga. Bepergian, yah menggunakan mobil pribadi. Sungguh, jarak berjalan kaki per hari menurun drastis!

5. Eating more vegetables.
I did my own grocery shopping. Dan tentunya, saya wajib mengambil sayuran. Selain untuk alasan hemat (ya lah, kalau makannya daging terus, bisa abis dana shoppingnya), saya juga tergoda dengan penampilan sayuran yang fresh, bersih segar, menarik banget. Biasanya yang saya beli adalah sayur-sayuran hijau (spt brokoli, kangkung, kailan, sawi) , wortel (yang lebih gendut drpd yang saya jumpai disini, menyenangkan!), tomat, terung, jamur, dll. Saya tetap membeli daging/ikan, tapi ada kalanya saya hanya memasak sayuran, tanpa daging.


Sekarang? Wow.. Saya hampir tidak punya waktu luang untuk menyiapkan masakan sendiri. Rutinitas kerja yang mengharuskan saya untuk keluar rumah dari 7 pagi hingga 5 sore sampai di rumah, tidak memungkinkan saya untuk berbelanja pagi-pagi untuk memasak. Bekal makan siang sudah disiapkan asisten-rumah-tangga, dan ketika saya pulang ke rumah, lauk makan malam pun sudah tersedia. Sometimes I do miss cooking, jadi ketika ada waktu libur, atau di hari spesial, saya menyempatkan diri untuk belanja di malam hari dan 'bertempur' di dapur esoknya. Yah, tapi hari libur tidak banyak :( .

Yes, I have to admit, I'm much healthier back then!

~-~

Melihat beberapa perubahan gaya hidup itu, membuat saya jadi berpikir. Terkadang lingkungan membuat kita terbawa arus. Lingkungan memang berperan besar dalam hidup seseorang. Kebanyakan orang berkata ini adalah adaptasi. Ketika seseorang berada di lingkungan yang berbeda dari sebelumnya, dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Memang sih, tentunya tidak mungkin kan kalau misalnya orang yang pindah dari daerah pantai ke pegunungan, tetap memakai pakaian tipis?

Namun akan lebih baik lagi, kalau manusia dapat beradaptasi untuk terus-menerus menjadi lebih baik, dan tidak terbawa arus yang akibatnya akan membuatnya kehilangan prinsip. Karena mengikuti arus tidak sama dengan adaptasi. Adaptasi hanyalah berusaha menyesuaikan diri, tapi tidak merubah diri.

Gak bermaksud untuk bilang, adaptasi itu buruk. Justru adaptasi itu bagus, jika kita memang bisa menjadi lebih baik lagi. Lebih bagus lagi jika hal-hal yang baik yang kita temukan ketika beradaptasi, bisa menjadi prinsip dan cara hidup. Tapi adaptasi yang membuat kita hanya terbawa arus, semata-mata karena semua orang melakukannya, hmmm.. kenapa dilakukan? Kita kan bukan hasil fotocopy?


Okay, mulai sekarang aku akan mencoba lagi ah, to do green-living things again :). Yah belum bisa berjanji sih akan benar-benar hidup sehat, but I do promise myself that I will try.

- I googled for the images, I take no credits. -